Berperang Adalah Salah Satu Ciri Tha’ifah Manshurah

Bookmark and Share


THA`IFAH Manshurah thaifah



THA`IFAH Manshurah atau Tha`ifah Zhahirah adalah satu kelompok kecil dari umat Islam yang mendapat pertolongan Allah dan merupakan manusia-manusia pilihan Allah yang selalu ada sejak masa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sampai hari kiamat. Mereka adalah orang-orang yang berakidah sesuai pemahaman Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat beliau, menjauhi dosa-dosa besar dan dosa kecil semampu mereka, berusaha mengamalkan sunnah mulai dari yang paling kecil hingga yang besar dan jelas sikap fanatiknya pada Islam, anti nasionalisme dan pemetakan berdasarkan ras dan daerah. Hanya satu yang menyatukan mereka yaitu akidah Islam dan permusuhan terhadap thaghut.
Salah ciri mereka yang jelas terlihat adalah bahwa mereka berperang di jalan Allah. Sekali lagi saya menggunakan kata perang (قِتَال) bukan jihad yang masih bisa diinterpretasikan lain selain angkat senjata membunuh atau dibunuh musuh.
Berikut beberapa riwayat tentang tha`ifah manshurah yang mengandung tegas kalimat qital (berperang) di jalan Allah.
1.Hadits Jabir bin Samurah, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَنْ يَبْرَحَ هَذَا الدِّينُ قَائِمًا يُقَاتِلُ عَلَيْهِ عِصَابَةٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ
“Agama ini akan selalu tegak dimana ada sekelompok kaum muslimin berperang membelanya sampai hari kiamat.”
(HR. Muslim, no. 1922 dalam kitab Al-Imarah, Musnad Ahmad, no. 20985).
Isnadnya hasan karena dalam sanadnya ada Simak bin Harb dimana haditsnya hasan bila bersendirian.

2.Hadits Jabir bin Abdullah yang juga diriwayatkan oleh Muslim dalam shahihnya, nomor 1923:
“Harun bin Abdullah dan Hajjaj bin Asy-Sya’ir menceritakan kepadaku, keduanya berkata, Hajjaj bin Muhammad menceritakan kepada kami, dia berkata, Ibnu Juraij berkata, Abu Az Zubair mengabarkan kepadaku, bahwa dia mendengar Jabir bin Abdullah berkata, Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Akan selalu ada sekelompok orang dari umatku yang berperang di atas kebenaran dan menang sampai hari kiamat.”
Juga diriwayatkan oleh Ahmad dengan tambahan, “Lalu turunlah Isa putra Maryam dan berkatalah pimpinan mereka, “Mari shalat menjadi imam kami.” Tapi Isa berkata, “Tidak, melainkan salah satu dari kalian berhak memimpin yang lain sebagai penghormatan Allah kepada umat ini”.”
(Musnad Ahmad, no. 15127).
3.Hadits Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang juga diriwayatkan oleh Muslim dalam shahihnya nomor 1037 dalam riwayat mutabi’:
Ishaq bin Manshur menceritakan kepadaku, Katsir bin Hisyam mengabarkan kepada kami, Ja’far yaitu putra Burlan menceritakan kepada kami, Yazid bin Al-Ashamm menceritakan kepada kami, dia berkata, Aku mendengar Mu’awiyah bin Abu Sufyan menyebutkan sebuah hadits yang dia riwayatkan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan belum pernah aku dengar dia meriwayatkan sebuah hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam di mimbarnya selain hadits ini. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَلَا تَزَالُ عِصَابَةٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ عَلَى مَنْ نَاوَأَهُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya maka dia akan dipahamkan dalam urusan agama. Akan senantiasa ada sebagian kecil dari umatku ini yang berperang di atas kebenaran dan selalu menang menghadapi siapa saja yang memerangi mereka sampai hari kiamat.”

4.Hadits Imran bin Hushain, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِى يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ عَلَى مَنْ نَاوَأَهُمْ حَتَّى يُقَاتِلَ آخِرُهُمُ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ
“Akan senantiasa ada sekelompok orang dari umatku yang berperang di atas kebenaran dan menang melawan orang yang memerangi mereka sampai generasi terakhir mereka akan berperang melawan Al-Masih Ad-Dajjal.”
(Hr.Abu Daud, no. 2484, Ahmad dalam musnadnya nomor 19920, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, no. 8391 dia menyatakan hadits ini shahih berdasarkan syarat Muslim dan disetujui oleh Adz-Dzahabi, serta diiyakan oleh Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah, no. 1959).
4.Hadits Uqbah bin Amir yang berkata, Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا تَزَالُ عِصَابَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُونَ عَلَى أَمْرِ اللَّهِ قَاهِرِينَ لِعَدُوِّهِمْ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى تَأْتِيَهُمْ السَّاعَةُ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ
“Akan senantiasa ada sekelompok orang dari kalangan umatku yang berperang berdasarkan urusan Allah yang mengalahkan musuh mereka. Orang yang menyelisihi mereka tidak membahayakan mereka sampai datang kiamat kepada mereka dan mereka tetap dalam keadaan seperti itu.”
(HR. Muslim, no. 1924).
5.Hadits Salamah bin Nufail Al-Kindi yang berkata,
“Aku duduk bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam maka ada seorang laki-laki datang dan berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, orang-orang telah melepas kuda dan meletakkan senjata dan mereka katakan bahwa jihad tidak ada lagi dan alat-alat perangpun sudah dikemas.” Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pun menghadapkan wajahnya dan berkata,
كذبوا الآن الآن جاء القتال ولا يزال من أمتي أمة يقاتلون على الحق ويزيغ الله لهم قلوب أقوام ويرزقهم منهم حتى تقوم الساعة وحتى يأتي وعد الله
“Mereka salah! Justru sekarang inilah, ya sekarang inilah saatnya perang dan akan selalu ada sekelompok orang dari umatku yang berperang di atas kebenaran. Allah menyesatkan hati sebagian orang untuk mereka sehingga mereka bisa memperoleh rezeki dari orang-orang yang tersesat itu. Itu akan berlangsung terus hingga hari kiamat atau sampai datangnya urusan Allah…..” sampai akhir hadits.
(HR. An Nasa`iy, no. 3561, Ahmad dalam musnadnya, no. 16965 dinyatakan hasan sanadnya oleh Al-Arnauth.
Inilah hadits-hadits yang menyatakan bahwa salah satu ciri tha`ifah manshurah yang dijanjikan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang akan selalu ada sepanjang zaman adalah berperang melawan musuh Allah.
Jumlah mereka sedikit, karena kata tha`ifah atau ‘ishabah yang terdapat dalam hadits menunjukkan bahwa mereka hanya sekelompok orang, bukan mayoritas umat Islam. Mengingat tidak semua orang mampu melakukan jihad dalam bentuk perang, hanya manusia pilihan Allah yang akan melaksanakannya.
Dengan melihat ciri tersebut bisa kita lihat saat ini ada dimana saja kelompok itu. Sebab kata qital atau perang sudah sangat spesifik tak lagi bisa diartikan menulis buku, mendalami hadits, membantah ahli bid’ah lewat tulisan dan lain-lain. Akan tetapi, tidak semua mereka yang berperang akan dianggap masuk kelompok ini, karena hanya mereka yang berakidah lurus dan memperjuangkan agama Allah saja yang berhak menyandangnya. Sedangkan yang berperang karena rasa nasionalisme semata, atau demi kepentingan duniawi dan bukan untuk menegakkan syariat Allah atau akidah mereka menyimpang maka tidak bisa dikategorikan kelompok ini.
Peperangan merupakan sunnatullah yang akan terjadi karena orang-orang kafir akan selalu berusaha merongrong Islam dan kaum muslimin sampai kita mau tunduk terjajah oleh mereka dan itulah yang dijanjikan Allah dalam surah Al Baqarah ayat 120.
Maka umat ini akan selalu ditimpa bencana serangan dari orang-orang kafir. Ini mengingatkan kita kepada pernyataan emas Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah ketika terjadi penyerangan Tartar, dimana Ibnu Taimiyah membagi kelompok umat Islam saat itu menjadi tiga:
1. Thaifah Manshurah yaitu mereka yang berjihad melawan Tartar sang perusak.
2. Tha`ifah Mukhalifah yaitu kaum perusak itu sendiri beserta orang-orang Islam yang mengikuti dan bersekutu dengan mereka.
3. Tha`ifah Mukhadzilah, yaitu mereka yang hanya duduk dan tidak mau angkat senjata, meski sikap keislaman mereka benar.
(Lihat Majmu’ Al Fatawa jilid 26, hal. 416-417).
Apa yang terjadi di masa Ibnu Taimiyah ini terjadi lagi sekarang di Irak, Afghanistan, Palestina dan belahan bumi lainnya. Tha`ifah Manshurah mengambil peran mereka dalam mempertahankan agama Allah dengan angkat senjata, dan mereka itulah yang sedang berperang di sana. Sedangkan tha`ifah mukhalifah adalah para pemimpin munafik model Hamid Karzai yang menjadi kaki tangan orang kafir untuk memerangi kaum muslimin. Sedangkan tha`ifah mukhadzilah adalah mereka yang tidak mau angkat senjata dengan berjuta alasan, mulai dari merasa diri masih lemah, jihadnya tidak syar’i sampai yang memang tidak peduli. Semoga ada kelompok keempat yaitu mereka yang berniat untuk membantu saudara-saudaranya yang berjihad di sana namun belum mendapat kemampuan dan kesanggupan, tapi mereka mendukung dan tidak malah menghina perjuangan saudaranya itu dengan cap khawarij dan lain sebagainya yang hanya menguntungkan Amerika dan sekutu-sekutunya.

Ustadz Anshari Taslim