Di daerah sekitar Pagar Alam, Sumatera Selatan, ditemukan sebuah arca menhir yang diperkirakan berasal dari masa 2.000 tahun Sebelum Masehi (SM). Uniknya arca tersebut terlihat seperti orang sedang duduk tahiyat, kebetulan arahnya juga ke kiblat.
Muncul berbagai spekulasi sejarah, tentang keberadaan arca yang mirip orang melakukan gerakan shalat ini.
Mungkinkah ini adalah bukti bahwa, dakwah Nabi Ibrahim dari masa ribuan tahun yang lalu, telah sampai ke Nusantara ?Bangsa Pegunungan Bukit Barisan
Apakah ini, bisa dimaknai bahwa telah ada jalinan komunikasi antara Nusantara dengan Timur Tengah, ribuan tahun yang silam?
Benarkah salah satu istri Nabi Ibrahim, yang bernama Qatura/Keturah adalah keturunan Nusantara ?
Terlepas dari semua spekulasi di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa di sepanjang pegunungan bukit barisan (dari Gunung Dempo Pagar Alam, sampai ke utara sekitar daerah Gunung Merapi), ribuan tahun yang silam, telah di-diami oleh bangsa yang memiliki peradaban yang tinggi.
Bangsa Pegunungan Bukit Barisan ini dikenali sebagai Bangsa Gunung atau Bangsa Malayu. Bangsa Malayu inilah, konon merupakan asal dari Qaturah istri Nabi Ibrahim, dan melalui anaknya Midian (Madian) bin Nabi Ibrahim, melahirkan Bangsa Media (Madyan).). Kelak dari keturunan Daputa Hyang ini, akan muncul Sri Jayanaga, pendiri kerajaan terbesar Bangsa Malayu, yang dikenal dengan nama Kerajaan Sriwijaya.
Salah satu tokoh Bangsa Media (Madyan) yang terkenal adalah Nabi Syu’aib, yang merupakan salah satu dari 25 Nabi yang namanya terdapat di dalam Al Qur’an. Dan Nabi Syu’aib dikenal juga, sebagai mertua dari Nabi Musa Tambo Alam Minangkabau mencatat, sekelompok orang dari Tanah Basa, telah datang ke Gunung Merapi. Kelompok ini dipimpin oleh Daputa Hyang, yang kemungkinan berasal dari Bangsa Media (Madyan), dimana sebelumnya telah mendiami Lembah Indus India.
Daputa Hyang bukanlah pemeluk Syiwabudhis seperti dugaan orang. Beliau kemungkinan menganut ajaran Braham (ajaran monotheime peninggalan Nabi Ibrahim, Asal Muasal Shalat disebut Sembahyang
WaLlahu a’lamu bishshawab