KH Muntaha Al-Hafidz, Sang Maestro Alquran (3)

Bookmark and Share


KH Muntaha Al-Hafidz, Sang Maestro Alquran (2)
KH Muntaha al-Hafidz.
Mengasuh pesantrenPengelanaannya ke sejumlah pesantren berakhir pada 1950. Ia tak lagi menjadi santri di pesantren orang.

Muntaha kembali ke Kalibeber untuk melanjutkan estafet kepemimpinan ayahnya dalam mengasuh Pondok Pesantren al-Asy'ariyyah. Dari sinilah babak baru kehidupannya berawal.

Selama memimpin ponpes ini, banyak ide yang tercetus dari buah pemikiran Kiai Muntaha. Tak heran, di bawah kepemimpinannya, al-Asy'ariyyah mengalami kemajuan sangat pesat. Jumlah santri terus bertambah dari hari ke hari hingga mencapai ribuan.

Lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Ponpes al-Asy'ariyyah juga kian banyak, mulai dari Taman Kanak-Kanak Hj Maryam, Madrasah Diniyah Wustho, Madrasah Diniyah 'Ulya, Sekolah Madrasah Salafiyah al-Asy'ariyyah, Tahfizul Qur'an, SMP Takhassus Al-Qur'an, SMU Takhassus Al-Qur'an, SMK Takhassus Al-Qur'an, hingga Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ).

Kiai Muntaha juga dikenal sebagai penggagas ditulisnya mushaf Alquran akbar Wonosobo. Ini adalah Alquran 30 juz yang berukuran raksasa. Ia juga pernah membentuk Tim Sembilan untuk menyusun tafsir tematik yang diberi judul “Tafsir al-Muntaha”.

Semua itu dilakukan Kiai Muntaha untuk menyebarkan nilai-nilai Alquran kepada masyarakat luas. Hatinya gelisah ketika melihat banyak orang Islam enggan, bahkan tak mau membaca Alquran.

Karena itu, dalam berbagai kesempatan, ia selalu menyeru umat untuk mencintai Alquran. Tak hanya di depan para santrinya, tapi juga di hadapan umat Islam di mancanegara, seperti Turki, Yordania, Mesir, Irak, dan negara lainnya.

Di Ponpes al-Asy'ariyyah, Mbah Mun setiap pagi selalu membaca ulang hafalan Alquran. Selepas memimpin shalat Subuh, ia pun senantiasa sabar menunggu para santrinya “menyetor” hafalan Alquran.

Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Mohammad Akbar