Kiamat Semakin Dekat, Manusia Kian Lalai

Bookmark and Share


Kiamat Semakin Dekat, Manusia Kian Lalai
Kiamat (ilustrasi)
Oleh: Nashih Nashrullah

Kehidupan dunia adalah ladang mencari bekal untuk hidup kelak di akhirat. Bahagia atau tidaknya seseorang akan ditentukan oleh hasil jerih payahnya tersebut. Menghadapi kehidupan setelah mati membutuhkan persiapan yang mapan. Barang siapa mawas maka ia akan mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan memperbanyak amal ibadah.

Yazid ar-Raqasyi, seorang bijak yang hidup pada abad pertengahan, pernah berkomentar tentang pentingnya persiapan itu. Ia berkata pada dirinya sendiri yang kurang lebih bermakna introspeksi. Ia sadar, kelak setelah mati, siapakah yang akan shalat dan berpuasa untuknya? Karena itulah, menangislah kalian semua bila kesempatan hidup tak digunakan sebaik-baiknya.

Menyadari keberadaan hari pembalasan yang begitu dahsyat, seorang cendekiawan kelahiran Baghdad, Ibn Abi Ad Dunya, mengarang sebuah karya khusus yang mengupas tentang apa dan bagaimana gambaran tentang hari kiamat tersebut.

Tokoh bernama lengkap Abdullah bin Muhammad bin Abid bin Sufyan bin Qais, Abu Bakar bin Abi Ad Dunya Al Baghdadi Al Qurasyi, melalui kitabnya yang berjudul Al Ahwal, tampaknya ingin menyampaikan satu pesan bahwa persiapan mutlak dilakukan untuk menghadapi hari itu. Hal ini ia lakukan karena, menurut pengamatannya, umat manusia kian lalai dengan dahsyatnya kiamat dan segala apa yang terjadi berikutnya.

Kehadiran kitab ini ba rangkali bukan karya pertama yang mengupas tentang hari kiamat. Teks-teks keagamaan menyangkut hari yang tak diketahui kapan datangnya itu banyak didapati dalam Al quran atau hadis-hadis yang termaktub di berbagai kitab hadis utama. Tetapi, bagaimanapun kitab ini lebih unggul lantaran karya yang naskah manuskripnya diperoleh dari perpustakaan Ad Dha hiriyah, Damaskus, Suriah, ini diklaim sebagai kitab yang pertama kali fokus dan secara spesifik mengumpulkan ayat, hadis, dan perkataan golongan salaf berkaitan dengan kiamat.

Total ayat yang berhasil ditulis kan dalam kitab ini sebanyak 113 ayat. Jumlah hadisnya mencapai 90 hadis dengan segala status dan derajat hukumnya. Sedangkan, perkataan salaf dengan ragam status validitasnya berjumlah 176. Oleh tokoh yang lahir pada 208 H itu, berbagai teks tersebut kemudian dibagi ke dalam tujuh bab utama.

Mengawali pembasahan kitabnya, Ibn Abi Ad Dunya yang terkenal fasih dan sastrawan itu mengemukakan tentang pentingnya memunculkan kesadaran bahwa kiamat seakan-akan datang tak lama lagi. Sikap ini akan membantu untuk lebih giat lagi berbuat kebaikan.

Ia pun menyitir hadis yang menyeru untuk serius ber ibadah karena tujuh hal. Salah satunnya ialah akan datangnya kiamat sebagai peristiwa yang teramat mengerikan lagi pahit. Masih dalam hadis yang sama, keenam hal lainnya itu ialah menunggu kecuali kemis kinan yang dilupakan, keka yaan yang menyesatkan, sakit yang membinasakan, kepikunan yang meniadakan, kematian yang disiagakan, dajal sebagai makhluk terjahat yang ditangguhkan kedatangannya.

Kian dekat
Selain hadis tadi, ulama yang pernah mengajar Al Muktafi Billah, khalifah ke- 18 Dinasti Abbasiyah itu, mengutip pula sebuah hadis yang diriwayatkan dari Rasulullah. Dalam hadis riwayat Jabir bin Abdullah, Rasulullah mengisyaratkan kian dekatnya kiamat.

Nabi SAW mengibaratkannya jarak waktu terjadinya kiamat dengan dua jari, telunjuk dan jari te ngah. Dan begitu menyebut persoalan kiamat, ekspresi wajah Rasulullah mendadak berubah. Mukanya memerah seperti saat ia memberi instruksi kepada para tentaranya untuk berperang.

Bahkan, konon, hari kiamat dijadikan bahan ejeken oleh orang kafir. Mereka meledek Rasulullah dengan menanyakan berulang kali kepada beliau kapankah kiamat akan datang? Untuk menjawab pertanyaan itulah maka turun ayat 43-44 su rah an-Nazi’at, “(Orang-orang kafir) bertanya ke pa damu (Muhammad) tentang hari kebangkitan, kapankah terjadinya. Siapakah kamu (maka) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktu nya).”

Kehadiran kiamat yang seakan menghampiri umat manusia itu pun memotivasi para salaf untuk mening katkan kesalihan pribadi. Mereka tak menyia-nyiakan waktu dan sisa hidup yang dimiliki. Suatu saat, Al Ah naf bin Qais hendak ber puasa sunah. Ia pun ditanya perihal alasannya kerap menjalankan puasa itu.

Al Ahnaf menjawab, amalan puasa yang ia lakukan adalah bekal dan tabungan berharga untuk menghadapi hari dengan tingkat kedahsyatan dan kengerian luar biasa. Ia pun membaca ayat ke-11 surah al-Insan, “Maka, Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan ke gembiraan hati.”

Ibn Abi Ad Dunya kemudian menyebutkan tips se derhana yang bisa dilaku kan seseorang untuk mengetahui gambaran tentang kiamat. Cara itu tergambar dalam hadis riwayat Abdullah bin Umar.

Rasulullah menyebutkan, jika hendak mendapatkan gambaran singkat tentang visual hari kiamat maka ada baiknya ia membaca beberapa surah Alquran, antara lain, surah at-Takwir, “Apabila matahari digulung. Dan apabila bintang-bintang berjatuhan. Dan apabila gunung-gunung dihancurkan.”
Redaktur: Heri Ruslan