Vampir adalah Salah Tafsir Fenomena Perubahan Mayat

Bookmark and Share



www.epilogue.net
Kota Zarozje di Serbia gempar. Salah satu warganya, Sava Savanovic, dituding sebagai vampir yang sedang mencari mangsa.

Warga kota pun berbondong memasang bawang putih di pintu rumah masing-masing. Wali Kota setempat, Miodrag Vujetic, menyatakan warganya tengah khawatir. "Semua orang tahu soal legenda vampir ini. Mereka berpikir ia (Savanovic) sedang mencari tempat dan korban lain," ujar sang Wali Kota.

Menjawab isu ini, antropolog dan arkelog forensik, Matteo Borrini, menyatakan bahwa cerita dan mitos soal vampir tidak nyata adanya."Mereka adalah salah tafsir dari fenomena perubahan mayat. Semua tubuh (terduga) vampir yang digali, mengalami proses pembusukan normal," kata Borrini, Senin (17/12/2012).

Masyarakat Eropa, dikatakan Borrini, mulai percaya mengenai vampir antara abad 16 hingga 18. Semasa epidemi dan wabah melanda, banyak kuburan masal digali kembali untuk mengubur orang yang baru meninggal.

Laporan mengenai adanya vampir muncul saat penggalian pada jenazah berusia mingguan hingga bulanan. Meski demikian, Mark Collins Jenkins sebagai penulis buku "Vampire Forensics" membela masyarakat yang percaya adanya vampir.

"Para petani di zaman itu tidak punya penjelasan lain mengapa tiba-tiba semua orang meninggal. Maka mereka menyalahkan penyihir, vampir, dan makhluk supernatural lainnya," kata Jenkins.

Mitos mengenai vampir pun bertahan hingga sekarang karena rasa takut manusia pada hantu dan kematian. Semodern apapun masyarakat, pasti masih bergidik saat membicarakan mayat yang hidup kembali, roh jahat, atau setan. (Zika Zakiya/National Geographic Indonesia)
 
National Geographic Indonesia
Editor :
yunan