Kerangka prasejarah di kompleks situs Batujaya. Ada gerabah Buni yang menghubungkan tempat ini dengan India, Srilangka dan Bali. Ada candi, artefak budaya, tengkorak, dsb. Paket lengkap. Jawa Barat punya candi sekarang. Akhirnya ..
Jawa Barat garing. Dada anda sesak disentil begitu ? Cibiran ini khusus percandian, di mana provinsi gemah ripah loh jinawi ini belum punya temuan arkeologis yang monumental. Kalau soal ini, memang kita akui dan terpaksa manggut2 ( dengan hati gundah ). Tapi, Allah tak ingin kita berlama-lama ‘dirundung malu’. Jawa Tengah punya Borobudur dan Prambanan. Jawa Timur punya situs Majapahit ( Situs Trowulan disayangkan penataannya tidak memperhatikan khazanah arkeologis ) . Jawa Barat, sejak tahun 1985 punya situs Tarumanegara. Jaraknya 150 km dari Kota Bandung. ( walau di ujung laut pun kan kusebrangi ) 45 km dari Karawang Kota. Masih di areal persawahan, tepatnya di Desa Segaran, kecamatan Batujaya, dan Desa Teluk Buyung serta Telagajaya di Kecamatan Pakisjaya, kabupaten Karawang. Situs Batujaya. This is it.
Nggak tanggung2. 24 candi sekaligus. Itu baru di permukaan, belum yang di bawah permukaan. Bisa jadi yang terbesar di Asia Tenggara. ( kalau sabar, Allah takkan menyia-nyiakan kesabaran itu, kan ? Dihadiah full packed : candi, gerabah kuno, kerangka prasejarah, keramik, dll. You name it ). Situs Batujaya telah teridentifikasi 30 umur dengan luas sekitar 5 kilometer persegi. Dahulu di sepanjang pesisir Karawang berjejer bangunan tertua di Indonesia. Abad 4 Masehi. Warisan kerajaan Budha kuno, Tarumanegara.Karawang = Kawasan Konservasi Strategis Nasional. Keren ..
Dari situs Buni ( kerangka manusia dalam gerabah, bersama benda kuburnya ) terlihat kompleks kebudayaan yang luas, mencakup pantura Jabar, aliran sungai Cisadane, Ciliwung, Bekasi, Citarum dan Cipagare, dengan sebaran Tangerang ( situs Serpong, Curug dan Mauk ), Bekasi ( situs Buni, Kerangkeng, Puloglatik, Pulo Rengas, Kedungringin, Bulaktemu, Rawa Manembe, Batujaya dan Tugu ) dan Rengasdengklok ( Babakan Pedes, Tegalkunir, Kampung Krajan, Pulo Klapa, Cibutek, Kebakkendal, Karangjati dan Cilogo ).
Atas penemuan kolosal yang menggemparkan arkeolog nusantara dan internasional, pemerintah pusat menetapkan Karawang sebagai Kawasan Konservasi Strategis Nasional ( KSN ). Tahun ini, pemerintah Karawang dipercaya menata Situs Batujaya, lengkap dengan area parkir, gapura, panggung seni, auditorium, penelitian, serta sarana lainnya. Anggarannya dari APBD provinsi Jabar dan APBD Karawang. Penelitian, pemugaran dan penataan situs Batujaya melibatkan Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala ( Direktorat Peninggalan Purbakala ), Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jurusan Arkeolog FIB UI, beberapa lembaga penelitian dan teknis lain. Pemprov Jabar menangani secara finansial tahun 2002, pemkab Karawang mulai 2008.
Gundukan misterius bernama unur-unur.
Mulanya, warga desa menemukan unur-unur ( gundukan tanah berisi reruntuhan kuno ). Karena ketidaktahuan mereka, bata candi itu diambil untuk dudukan wc. Petani memanfaatkannya untuk menyambung pematang sawah yang putus ( belum tahu dia, itu bata mahakarya nenek moyangnya yang terbesar di Asia Tenggara ). Penggali liar membongkarnya untuk diambil benda kuburnya. Perhiasan atau emas. Tim Survei Arkeologi FIB UI yang sedang meneliti Situs Cibuaya ( sekitar 20 km timur laut Batujaya ) dilapori warga yang membantu, tentang unur2 ini. Lalu, 11 unur mereka temukan. Itu tahun 1985.
Selanjutnya, muncullah dari unur2 itu 24 bangunan di kawasan seluas 25 km2. ( jumlah 24 baru yang berupa gundukan. Yang terkubur rata dalam tanah belum diketahui jumlahnya ). Dari 4 yang sudah diteliti, 2 sedang dipugar. Candi Jiwa dan Candi Blandongan. ( Candi Serut dan Candi Slender belum ). Masih banyak lahan yang belum dibebaskan sehingga belum bisa dipugar seluruhnya, kata Kaisin, juru pelihara senior sekaligus penanggungjawab lapangan. Areal yang baru dibebaskan seluas 10.700 meter. Sebagian rumah warga ternyata berdiri di atas candi. Masalah penataan candi masih terkendala, terutama masalah pembebasan lahan seluas 8000 m2 yang perlu dana sekitar Rp 3,3 miliar. Menurut Kaisin, dengan kompleks seluas ini, juru pelihara candi perlu ditambah. Untuk ukuran Candi Blandongan saja butuh 10 juru pelihara. Saat ini kesepuluh juru pelihara ini menangani 4 candi yang tengah diteliti. Baru 2 juru pelihara yang diangkat menjadi PNS, sisanya masih kontrak dengan honor Rp.1 juta per 3 bulan.
2014 ditargetkan selesai, tapi 8000 m2 lahan belum dibebaskan. Gimana atuh ?
Menurut Paiman, Ketua Tim Pemugaran Candi Blandongan, tanpa pembebasan lahan, pihaknya sulit menyelesaikan penataan candi tsb pada tahun 2014. Selasar Candi Blandongan telah mencapai 90 %. Kini, timnya sedang mengecek struktur bangunan di sekitar candi. Struktur bangunan candi utama di Jawa, biasanya dikelilingi candi2 kecil. Dari penelusuran Paiman, di sisi barat ada 2 bangunan tidak berstupa, di barat laut juga ada satu bangunan begitu. Tidak seperti candi.
Dari udara, Candi Jiwa seperti bunga teratai sebesar 19 x 19 meter. Tak beruang, tak berpintu. Mana stupanya, para peneliti bertanya-tanya. Di mana gerangan ciri candi2 Budha di Jawa ? Permukaan atas Candi Jiwa membentuk pola melingkar berdiameter 6 meter. Candi yang sudah selesai dipugar ini sering jadi tempat perayaan Waisak.
And the biggest is Candi Blandongan. Bentuk denahnya bujur sangkar berukuran 100 x 100 meter , ditambah pelataran menjadi 120 x 120 meter ( Candi Slender diperkirakan lebih luas, sayangnya masih terkubur dalam tanah seluas satu hektar ). Bangunan candinya sendiri berukuran 23 x 23 meter. Gerbang masuknya berukuran 2 x 2,3 meter. Batu kerikil bercampur adonan lepa putih dan kerang melapisi ruang dalam. Sudut luar bangunan berbentuk bak bastion benteng. Banyak amulet dari bahan tanah liat yang dibakar. Tertera relief mantera dan tokoh Budha. Candi Blandongan, awalnya dipugar Balai Kepurbakalaan Bandung, tahun 2009. Selanjutnya oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala ( BP3 ) Serang, tahun 2002 hingga sekarang. Candi ini diperkirakan selesai ditata tahun 2014. Sayangnya, wilayah Batujaya langganan banjir Citarum dan pasang air laut, sehingga banyak bangunan yang rusak karena sering terendam air. ( apa perlu kincir dan pompa seperti di Amsterdam untuk menghalau air ? ).
Dari petani lugu menjadi pemugar terampil. Candi kok dijadikan dudukan wc.
Look the bright side. Para petani yang tadinya menggunakan bata untuk wc dan pematang sawah karena tidak tahu, sekarang beralih profesi menjadi peneliti dan pemugar terampil. Sekitar 15 petani menjadi tukang pugar sejak tahun 1985. Meski pendidikannya rendah, mereka ulet mengerjakan tugas arkeologis. Ketika kompleks percandian kolosal ini siap dikunjungi wisatawan, sewajarnya warga Batujaya mendapat porsi terbesar dalam manfaat dan pengerahan SDM-nya. Di mana pun ditemukan cagar budaya atau sumber alam, mestilah warga setempat yang lebih dulu disejahterakan. Sehingga mereka merasa memiliki tempat itu, merawat dan melindunginya dari tangan2 tak bertanggung jawab. Lebih manusiawi dan berkeadilan. Lebih ekonomis dan aman. Sehingga warga daerah lain pun ikut tergugah bila menemukan artefak budaya di daerahnya, apalagi yang membuat bangsa bangga. Dari sinilah jati diri bangsa bermula. Modal awal untuk maju.
( jika kepulauan nusantara pernah didiami bangsa Atlantis yang peradaban termaju di jamannya, jika kerajaan2 maritim nusantara pernah menpengaruhi wilayah2 mancanegara, cepat atau lambat artefak peninggalan mereka akan ditemukan. Sangat mungkin, awalnya oleh warga desa di seluruh pelosok negeri. Kebesaran masa lalu bisa menginspirasi generasi masa kini untuk menjadi bangsa yang besar. Tidak hanya dalam jumlah, tapi juga prestasi dan tingkah laku manusia sejati. Tidak hanya di buku sejarah, atau dongeng2 masa lalu. Tapi mereka meraba bukti nyata di tangan mereka, menghirup antiknya aroma candi, luasnya area yang mereka tapaki, 3 dimensinya kemegahan yang mereka lihat, dst. Semua sel saraf dilibatkan untuk menakar kebesaran pencapaian leluhur kita. Akan malu kita jika hanya bisa begini2 saja. Kita terpacu untuk bekerja lebih giat dan cerdas. Anda ingin lebih hebat dari orang tua anda, kan ? )
Bata lebih sulit dan lebih tua dari candi2 di Jawa. Incredible .. Tarumanagara
Pakar arkeologi Indonesia mengatakan, Situs Batujaya menggunakan material bata pada abad ke-5 Masehi, berdasar analisis pertanggalan Radiocarbon Dating C-14, analisa bentuk paleografi, analisis sumber2 berita Cina dan prasasti terkait masa Kerajaan Tarumanegara. Jadi, bata di Batujaya bisa lebih tua dari batu candi2 di Indonesia. Membuat bata lebih sulit daripada memahat batu. Penguasaan teknologi pembuatan bata, dari sejak pemilihan jenis tanah, bentuk, ukuran dan pembakarannya, apalagi awet sampai hari ini, menunjukkan tingkat peradaban yang tinggi. Bata berukuran 41 x 22 x 7 cm diolah sangat baik ; keras, bercampur ( temper ) pasir, kulit padi ( sekam ) dan dibakar sempurna. Dari mana mereka belajar teknologi ini ? Bukankah masa itu di nusantara tak ada bangunan dari bata ?
Kunci jawaban ada di “Budaya Buni”. Buni nama daerah di Babelan, Bekasi. Tahun 1958, seorang warga Buni, Dogol membuat kalenan ( selokan ) dari sungai Bekasi ke sawahnya, cangkulnya mengenai tengkorak manusia. Hii.. Jasadnya bertabur pecahan gerabah dan artefak. Tembikar Buni memiliki bentuk, teknologi dan pola hias yang spesifik. Situs Buni berasal dari masa perundagian, setingkat masa bercocok tanam, dengan subsistensi antara pertanian dan menangkap ikan. Ada kesinambungan dari prasejarah ( masa awal bercocok tanam ) ke masa Klasik ( Hindu-Budha ). Batujaya merupakan daerah penting masa Klasik juga pilihan perumahan, peribadatan masa prasejarah. Ditemukan batu datar, dolmen, batu bergores, dsb, disini.
Kerangka prasejarah dan ‘budaya Buni’ penghubung Srilangka & India. Bali ?
Masyarakat Sunda kuno pendukung tradisi prasejarah gerabah Buni, diduga sudah kontak dengan India, Srilangka dan Bali ( Situs Sembiran ) sejak awal Masehi. Dengan X-ray Diofraction ( XRD ), gerabah2 tsb mirip dengan gerabah di Situs Anuradhapura ( Srilangka ) dan Arikamedu ( India ). Tembikar Arikamedu mendapat pengaruh dari kebudayaan Buni. Gerabah di Candi Blandongan dibuat dari bahan setempat dengan teknologi dari persebaran “budaya Buni”.
Situs Batujaya berasal dari 2 tahap ; abad 5 – 7 M masa Kerajaan Tarumanagara dan abad 7 – 10 M dibawah pengaruh Sriwijaya yang menguasai Tatar Sunda ( tertuang dalam prasasti Rakryan Juru Penghambat/ Kebun Kopi II, tahun 932 M kekuasaan dikembalikan ke Raja Sunda ).
5 kerangka manusia akhir prasejarah ( sekitar abad ke-2 M ) yang ditemukan di pelataran Candi Blandongan akhir April lalu, akan diangkat oleh tim BP3 Serang. Dr.Johan Syarif, ahli kerangka dan tulang dari ITB yang akan menganalisis. Kerangka2 itu ditemukan ketika para pekerja sedang menggali / menelusuri struktur penghubung Candi Blandongan ke Candi Jiwa yang pertama kali ditemukan di kompleks situs Batujaya. 5 kerangka manusia dilengkapi bekal kubur dan 2 batu menhir berukuran 2,1 meter dan 2,2 meter ( jadi ingat komik Asterix dengan sahabatnya, Obelisk yang suka menggendong batu menhir ke mana2 ). Menurut Dedi Kusnadi, staf dokumentasi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala ( BP3 ) Serang, sebelum diangkat kerangka manusia tersebut didokumentasikan dulu, lalu digambar dan dianalisis.
Kelima kerangka terkubur di kedalaman 93 meter, posisinya berjejer dengan kepala mengarah 60 derajat ke timur. Hanya satu yang utuh dari ujung batok kepala hingga ujung tulang kaki. Panjangnya 170 cm. Gerabah yang utuh dan pecah berada di antara tulang kaki kerangka. Ada yang disimpan di atas perut dan berdekatan dengan kerangka. Di tulang lengan, ada benda logam. Kerangka itu sudah ada sebelum muncul Kerajaan Tarumanagara, terlihat dari bekal kuburnya yang berupa gerabah dan persenjataan logam/ besi.
( diramu dari artikel2 di PR, diantaranya tulisan Eddy Sunarto, anggota Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia Jawa Barat dan karyawan Disparbud Jabar, juga keterangan Amelia Driwantoro, arkeolog Pusat Penelitian Arkeologi Nasional ).
Anda tergetar jika diberitahu ; ragam seni tradisi leluhur kita ( nusantara ) adalah yang terkaya di dunia ? Di antara pembuat atau pelestarinya, terkubur di situs Batujaya. Kita bisa memelihara dan menghargainya lebih baik, kalau mau. My precious .. my precious …, versi Gholum.
So, watch out for unur2 in your neighbourhood, people ..