Duka Derita Syi’ah Sepanjang Sejarah (1)

Bookmark and Share


13256267681014431262

Fadaq Hak Waris Fatimah Dirampas

*******************************

….Setelah Abu Bakar mendengar kata-kata Sayyidina Fatimah, beliau memuji Allah SWT dan mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW, lalu mengatakan:

“Wahai wanita yang paling afdhal di antara semua wanita, puteri insan yang paling mulia! Apa yang saya lakukan adalah sama dengan yang dilakukan Rasulullah SAW dan sekali-kali tidak melanggarnya. Saya lakukan saja apa yang diperintahkan oleh beliau. Ibu telah berbicara berlebih-lebihan dan kekerasan dan marah pula. Sekarang semoga Allah memaafkan Anda, juga memaafkan kami. Sesudah itu sentata milik rasul yang ada pada saya dan hewan tunggangannya telah saya serahkan kepada Ali. Selain itu, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda bahwa kami para nabi tidak mewarisi dan tidak mewariskan, baik perak, tanah, kebun atau rumah. Kami mewariskan iman, hikmah, ilmu dan sunnah. Apa yang saya lakukan itulah dia dan segala itikad baik serta niat yang tulus melakukan tugas saya. Engkau wahai puteri Rasul mengatakan bahwa Rasul memberikan Fadak kepada Anda sebagai hibah. Abu Bakar mengatakan, siapa saksinya. Lalu Ali dan Ummu Aiman memberi kesaksian. Umar dan Abdul Rahman bin ‘Auf juga memberi kesaksian bahwa Rasulullah SAW membagi-bagikan (hasil) Fadak. Abu Bakar mengatakan, “Wahai puteri Rasul, benar yang Anda katakan, benar pula yang dikatakan Ali dan Ummu Aiman. Benar pula yang dikatakan oleh Umar dan Abdul Rahman bin ‘Auf. Saya sama sekali tidak mengatakan mereka berdusta. Duduknya persoalan adalah begini. Apa yang menjadi hak ayah Anda, menjadi hak Anda. Rasulullah SAW memberikan kepada Anda keperluan belanja dari (hasil) Fadak, sisanya dibagi-bagikan dan sebagian diberikan di jalan Allah. Saya bersumpah dengan nama Allah bahwa untuk Anda saya akan berbuat sama dengan yang diperbuat Rasulullah SAW.”

Argumentasi dadakan yang diajukan Abu Bakar secara spontan nyata-nyata demi melegalkan perampasan tanah Fadak! Argumentas Abu Bakar tersebut adalah “hadis Nabi” yang kemudian menjadi sangat masyhur di kalangan para pembela Abu Bakar. Hadis tersebut adalah hadis “Kami para nabi tidak diwarisi, apa-apa yang kami tinggalkan adalah shadaqah.” Setelah dilontarkan pertama kali oleh Abu Bakar secara dadakan di hadapan argumentasi qur’ani yang diajukan putri kenabian; Fatimah az Zahra as., hadis itu di kemudian hari menerobos mencari posisi sejajar dengan sabda-sabda suci Nabi saw. lainnya.

Fatimah dengan sedih tidak dapat menolak kehendak sang khalifah yang ditangannya membuat hukum, menjalankan hukum dan mengadili. Ia menanggungnya dengan duka sampai akhir hayatnya yang hanya beberapa bulan sesudahnya. Ali alaihis salam suaminya yang juga keponakan Nabi sama sia-sia meneruskan pengurusan itu di hadapan Abu Bakar dan Umar bin Khatab .

Akal sehat siapa pun akan menyimpulkan motif Abu Bakar dibaliknya tidak lain adalah untuk mencegah Ali menjadi oposisi. Perselesihan tersebut tumbuh semakin mendalam dan fatal.

Pemakaman jenazah Fatimah diam-diam dilakukan di malam hari dan dihadliri hanya oleh mereka yang kebetulan tahu. Ali a.s. tegas tidak menghendaki kehadliran Umar bin Kattab. Sampai sekarang sebenarnya umum tikdak tahu di mana makam Fatimah itu.

Setelah datang masa Mu’awiyah dan setelah wafatnya Sayyidina Hasan r.a., Marwan membuat 1/3 dari Fadak menjadi miliknya. Selama masa khilafatnya ditentukan bagi dirinya dan seterusnya tetap di tangan anak keluarganya. Setelah datang masa Umar bin Abdul Aziz, baru kemudian Fadak itu diberikan kepada anak-anak Fatimah. Penyesalan atau permintaan maaf yang bagaimana pun tidak dapat menghapus lembaran hitam sejarah yang sudah terlanjur tergelar.

***
Fadaq adalah kebun oase di kawasan Khaibar yang subur dengan pohon-pohon kurma dan sumur-sumur; 30 mil di sebelah utara Madinah. Ketika muslim menaklukkan Khaibar; oase Fadak adalah bagian dari penyerahan yang diberikan kepada Nabi. Diriwayatkan Nabi pada menjelang wafatnya mewariskannya kepada Fatimah. Puterinya yang dia besarkan dan dan dia didik dengan kasih sayang .

Soetarno Wreda