Sisi Mengharukan - Investigasi Tan Malaka di Hongkong

Bookmark and Share


Setelah mengalami pertempuran antara pasukan Nippon dengan Tentara Ke-19 Cina di Shanghai — perebutan Benteng Woosung, dimenangkan pasukan Jepang. Dari Shanghai Tan Malaka, yang telah menggunakan nama Ong Soong Lee, beralih ke Kowloon.


Daerah perumahan Tan Malaka menumpang, di Szu Chuan Road, Shanghai, habis terbakar dan dijarah orang isi rumah-rumah di blok tersebut — beruntung paspor Tan Malaka atas nama Ong Soong Lee dapat ditemukan.



Paspor itu dikeluarkan oleh Pemerintahan Phillipina, Ong Soong Lee, keturunan bapak Orang Cina, dengan ibu Orang Filipino. Lahir di Hawaii.



Oktober 1932 Ong Soong Lee (dengan variasi 6 nama, menukar letak ke-3 suku nama tersebut) plus lainnya, ada 13 nama samaran — ia menginap di Station Hotel, Kowloon.



Dia baru saja bertemu dengan teman dari Indonesia di Shanghai — nama temannya itu Dawood, yang juga memakai nama Filopino, tinggal di Hongkong. Dalam persiapan pertemuan di Hongkong, ada naluri akan menemukan bahaya.



Setelah berliku-liku menghilangkan jejak dalam pengejaran Polisi Rahasia Hongkong (Inggris) — Tan Malaka tertangkap. Jalan keluar dari Kowloon, hanya satu-satunya jalan ke luar, Canton — jalur kereta api itu juga telah tertutup.



Tan Malaka di-introgasi sebagai Ong Soong Lee, warga Philliina-Cina — berpekan-pekan beberapa tim introgasi dari beberapa wilayah Jajahan Inggris dikerahkan — Tan Malaka tetap tegar. Mereka datang melacak Dawood di Hongkong.




Dalam pemeriksaan Tan Malaka cerdik — menggunakan trik, “Inggris adalah negeri demokratis”, mereka tidak boleh se-mena-mena memeriksa ‘Orang Tertuduh” ……………… saat itu di Tiongkok goncang, seorang Komunis Rusia sedang melakukan “mogok makan” memprotes penangkapan dan perlakuan terhadapnya.



Tan Malaka bersikap, bahwa pemerintah Inggris tidak bisa menekan siapapun orang yang akan memerdekakan negerinya. Inggris selalu mempraktekkan tidak memulangkan pelarian politik ke negeri asalnya. Seperti dilakukan terhadap Raja Spanyol, Raja Siam, Praca-Dipok, dan Dr. Sun Yat Sen.



Tan Malaka ( sebagai Ong Soong Lee) berusaha jangan sampai ‘dikembalikan ke tangan musuh’.



“……………….. Tiada berapa lama antaranya pintu kamar tahanan saya dibuka, Yang masuk ialah tuan Dickenson, untuk pamitan. Dia mengajukan tangannya buat berjabatan mengucapkan selamat tinggal, yang diucapkan dengan suara terharu berikut dengan perkataan : ‘ I admire you very much for the attitude you have taken’……… Tiadalah baik saya sembunyikan di sini, bahwa beserta suaranya yang terharu itu, saya saksikan matanya yang basah. Bukan sekali dua saya berpisahan dengan orang Eropa dan mengalami tekanan tangan, suara dan air mata yang berasal dari perasaan yang jujur .”



Dickenson adalah salah seorang yang dikirim pemerintah Inggris untuk memeriksa Tan Malaka, dalam mengusut jaringan Dawood yang datang ke Cina untuk membawa pesan-pesan dari Indonesia.



Pritvy Chan, keturunan India yang juga dikirim ke Hongkong — yang bersama-sama Dickenson, berminggu-minggu memeriksa ‘Ong Soong Lee’ — berpamitan dengan menjulurkan tangannya dari sebalik jeruji besi ………….” Will you forgive me, will you forgive me ……….. that would be upon my shoulder………..”




“Pritvy Chan belum lupa akan tingkah lakunya pada malam penangkapan saya di Kowloon. Pun Pritvy Chan tahu benar, bahwa almarhum Subakat mati dalam penjara Belanda ……………!”



“……………Simpati memang tiada mustahil, pun dalam penjara imperialism Inggris…………………. Tiadalah semua jantungnya dingin seperti air beku, tetapi ada yang panas, bisa menggerakkan perasaan kemanusiaan. Saya masih ingat pada suatu malam hari sesudah kantor tertutup kepala polisi Murphy sendiri datang ke depan terali saya, pula penuh perasaan memberikan sebotol lemonade yang dikeluarkan dari dalam kantongnya sendiri. Tak banyak perkataannya dan terus dia pergi ……….”.



Kutipan di atas …………… rupanya menyusul telah terlacaknya identitas ………. Ketika dikeluarkan dari selnya ………….. menuju ‘sel Cina’ Tan Malaka menyaksikan mayat orang hukuman Cina yang baru digantung ………….. sementara ia berjalan menuju selnya yang baru itu ………….. para polisi saling berbisik,


………. ‘Tan Malaka — Tan Malaka’ ………….. Tan Malaka memasuki “sel buat Inlanders”. Sempit dan kotor penuh derita.




Tan Malaka selama dalam pembuangan-pengasingan di Cina tidak selamanya bertempat tinggal di hotel atau penginapan — ia sudah biasa ditampung menumpang di rumah-rumah penduduk Cina yang terkait langsung-tidak langsung dengan jaringannya. Bisa dapat sedikit nyaman di dalam kamar tidur, bisa pula tertidur di dalam gudang atau di depan kakus/WC.



Yang paling mengharukan Tan Malaka tidur dilantai di atas selembar tikar ………….. seorang pengungsi Cina, tinggi besar, terbangun dari tidurnya di atas bale-bale …………… melihat Tan Malaka bergelung kedinginan dalam selimutnya yang pendek ………………. Cina itu mengikatkan selimut itu dalam gelungan kaki Tan Malaka.



Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia itu — mengalami banyak penderitaan dalam perjuangan ‘menuju Republik Indonesia yang Merdeka. Bahkan.




Ya bahkan ia mati dibunuh Aparat Negara Republik Indonesia — jasad jenazahnya pun dikubur di tempat yang kini dalam pelacakan, dan sedang dilakukan test DNA dari tulang belulang sesosok mayat dari tempat misteri itu.




1328406552955118731



[MWA] (Sejarah O Sejarah – 04) Bahan bacaan Dari Penjara ke Penjara, Tan Malaka, jilid 2/3.



Muhammad Wislan Arif/kompas