Ramalan Kiamat 21/12/12 Meleset?

Bookmark and Share


Percaya akan hari kiamat ternyata ada di hampir seluruh kebudayaan manusia di dunia. Hari kiamat yang diramalkan bakal terjadi kemarin tanggal 21 Desember 2012 menurut penanggalan kebudayaan Mayan ternyata tidak terjadi. Bumi tetap berputar sebagaimana hari-hari sebelumnya. Tidak ada gunung meletus, meteor jatuh, dan lain-lain kemungkinan yang serem-serem.
13561290301648413890
Kiamat Versi Facebook Posting. Sumber foto: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10151349261675926&set=a.10150334714180926.406520.738695925&type=1&theater
Sistem kalender budaya Mayan itu menayangkan rentang 1.872.000 hari. Tidak cuma 365 hari sebagaimana tanggalan biasa. Bagaimana kalau tanggal ramalan itu ada kemungkinan diterjemahkan salah? Mungkin beda beberapa hari? Siapa tahu terjadi pas tahun baru 2013? Mengingat angka 13 juga dipercayai oleh beberapa kebudayaan sebagai angka yang mendatangkan sial?
Menurut keterangan ahli, tanggal yang diramalkan bakal terjadi hari akhir itu dinyatakan akurat. Artinya tidak terjadi salah interpretasi dalam membaca kalender kuno itu. Tanggal 21/12/2012 itulah ramalan kiamat sesuai tanggalan budaya peradaban Mayan.
Melesetnya ramalan tentang hari kiamat itu tidak sekali ini saja terjadi. Entah kenapa ramalan ini paling ramai dibicarakan orang. Bahkan diangkat ke layar bioskop. Selama ini sudah tercatat sebanyak 184 kali peramalan kiamat bakal terjadi di hari tertentu. Ternyata semuanya meleset. Ramalan terakhir diajukan oleh seorang televangelist Amerika bernama Harold Camping, bahwa hari kiamat akan terjadi pada tanggal 21 Mei 2011. Ketika tanggal itu terlampaui, pada tanggal 22 Mei, Harold Camping meralat ramalannya. Tapi juga meleset. Kiamat tidak terjadi.
Orang-orang yang mengikuti hidup secara dogmatis biasanya paling mudah percaya pada ramalan itu. Sebagaimana kasus-kasus yang terjadi di Cina dan Rusia yang dimuat oleh mass media beberapa hari lalu. Mereka mempersiapkan diri menghadapi ramalan itu dengan menampung makanan, air dan keperluan lain untuk bertahan hidup.
Mungkin juga kita semua mempunyai naluri untuk bertahan hidup dan takut akan kematian. Kita sering menolak tentang adanya kematian yang akan menimpa kita. Kematian adalah suatu yang tidak kita ketahui. Sebuah rahasia alam yang tidak akan mungkin terungkap apa yang terjadi setelah kita mati. Sesuatu yang tidak kita ketahui dan tanpa bisa menyibaknya mengingatkan pada kita pada posisi rasa ketidak-berdayaan, kelemahan kita sebagai manusia. Sesuatu yang tanpa kepastian biasanya sering menakutkan. Membuat kita gelisah tidak nyaman. Kita menolak berpikir tentang kematian seolah kematian itu bukan urusan kita.
Diramal atau tidak, kiamat itu pasti datang. Meski teknologi bisa mendeteksi meteor yang akan jatuh, atau terjadinya pergeseran kutub bumi, fenomena gunung meletus, radiasi matahari dan sebagainya, bila waktunya tiba tidak ada yang bisa selamat. Kita terlalu kecil dan tidak ada artinya jika dibanding dengan kekuatan alam.
Paling tidak ramalan itu telah membuat kita berpikir sejenak tentang fananya kehidupan ini. Tidak ada yang abadi di dunia. Semoga membuat kita sempat berpikir sejenak tentang ajal yang bagaimanapun kita berusaha untuk menghindarinya, tidak bakal bisa mengelak. Cepat atau lambat pasti menjemput kita. Dan ini bukan ramalan. Barangkali itulah maksud kebudayaan meramalkan tentang datangnya hari kiamat. Sebagai pengingat. Tidak lebih.
Bumi dan alam semesta ini sudah ada jutaan tahun lalu. Usia kita sebagai manusia hanyalah setitik saja dari usia alam semesta. Manusia juga tak lebih dari sebuah debu dibanding kebesaran ukuran alam. Tergantung bagaimana menyikapi hidup kita yang singkat itu. Detik demi detik amatlah berharga buat kita. Adalah kewajiban kita untuk menikmati hidup tiap jengkal detik itu. Ukuran manusia yang begitu kecil seharusnya mengingatkan kita betapa pentingnya arti eksistensi diri dan hidup kita di dunia. Tergantung diri kita masing-masing bagaimana membuat kita jadi berarti.*** (HBS)