Tapak Jejak Pitarah Sumatra

Bookmark and Share


Tapak Jejak Pitarah Sumatra Gua Harimau mengekalkan kompleks permakaman purba terpadat di Indonesia.
Oleh
Foto oleh Reynold Sumayku
"sssttt..! Ada bayi sedang tidur nyenyak,” ujar Truman Simanjuntak seraya mengacungkan jari telunjuk di bibirnya, “Jangan diganggu, ya.”

Mengenakan topi rimba biru dan bertelanjang kaki, lelaki berkaca mata itu berdiri di tepian petak ekskavasi Gua Harimau. Dia menunjukkan kepada saya sebuah rangka perempuan yang dikuburkan bersama sang bayi yang terbaring di perutnya.

Perempuan ras Mongoloid itu diduga hidup 2.000-an tahun silam. Lengan kirinya mengenakan sebuah gelang perunggu berbentuk bulat. Sementara, cangkang kerang seukuran rentangan telapak tangan orang dewasa melekat di tempurung kaki kanannya. “Cangkang dan gelang itu adalah bekal kuburnya,” kata Truman. “Paling tidak, dia adalah orang terpandang sehingga saat meninggal dipasangkan dengan bekal kuburnya.”

Di sekitar rangka yang melambangkan kehangatan ungkapan kasih ibu itu terdapat serakan tulang dan puluhan rangka manusia yang sebagian masih utuh. “Kita beruntung menemukan rangka dan bekal kubur ini karena semuanya masih utuh.”

Beberapa rangka lainnya berbekal kubur berupa buli-buli dan cawan tembikar. Dua tahun lalu, dua buah kapak perunggu dan satu mata tombak perunggu berhasil diangkat dari permakaman dalam gua ini. “Kita bermimpi mendapatkan bekal kubur emas,” katanya, “tetapi sampai sekarang belum muncul juga. Mestinya di periode itu sudah dikenal logam emas.”

Truman adalah ketua tim penelitian arkeologi dan profesor riset dari Pusat Arkeologi Nasional di Jakarta, sekaligus Direktur Pusat Studi Prasejarah dan Austronesia. Bersama timnya, lelaki berbadan tinggi dan tegap itu telah melakukan serangkaian penelitian dan ekskavasi di gua itu sejak 2009. Pada tahun pertama, mereka telah menemukan kubur-kubur kuno dan serangkaian panil gambar cadas prasejarah di dua galerinya.

“Gua ini memang spektakuler!” ujarnya bersemangat, “Ini adalah gambar cadas pertama yang ditemukan di Sumatra!” Kenyataan itu telah mengandaskan asumsi para ahli arkeologi sebelumnya. Selama ini mereka menyatakan budaya gambar cadas tidak menyentuh Sumatra, namun tersebar di Indonesia Timur dan wilayah lainnya. “Sejak saat itu, opini pun berganti,” ungkapnya, “bahwa kini hanya Jawa yang tak tersentuh budaya gambar cadas.”

Sampai awal Desember 2012, dalam cakupan penggalian hampir seukuran separuh lapangan bulu tangkis, Truman dan timnya telah me­nemukan 66 kerangka manusia yang bersema­yam di gua itu. Jumlah temuan ini diperkirakan masih akan terus bertambah. “Tulang-tulang panjang berseliweran ke mana-mana,” ujarnya. “Sangat membingungkan kalau melihat itu.”
Mahandis Y.Thamrin