Sisa Tubuh Manusia Dengan Baju Besi Ditemukan di ‘Pompeii Jepang’

Bookmark and Share


Sisa-sisa tubuh pria yang mengenakan baju besi ditemukan di sebuah area yang dikenal dengan nama “Pompeii of Japan” atau Pompeii-nya Jepang. Pria ini terkubur abu panas yang dihasilkan letusan gunung berapi.

(Pompeii adalah sebuah kota Romawi di dekat Napoli modern yang terkubur oleh letusan gunung Vesuvius pada tahun 79 SM.)

Para arkeolog mengatakan, mereka menemukan tubuh pria dari abad keenam yang masih terawat baik, yang rupanya berbalik menghadap lava saat aliran tersebut menyembur melalui pemukimannya.

“Dalam keadaan normal, Anda akan lari jika aliran piroklastik datang ke arah Anda dan membawa gelombang panas. Namun orang ini justru mati menghadap ke arah aliran tersebut," tutur Shinichiro Ohki, dari Gunma Archaeological Research Foundation.

"Mungkin, jika dia adalah seseorang yang memiliki kedudukan tinggi, dia mungkin sedang berdoa, atau melakukan sesuatu ke arah gunung berapi dan mencoba menenangkan kemarahan gunung tersebut," kata Ohki kepada AFP, Senin.

Sisa tubuh, bersama dengan bagian tengkorak seorang bayi, ditemukan di penggalian Kanai Higashiura di prefektur Gunma, sekitar 110 kilometer barat laut Tokyo, di lokasi Gunung Haruna.

Tubuh tersebut dibalut semacam baju besi canggih yang diikat pelat besi kecil dengan tali kulit tipis, yang mewakili teknologi impor terbaru dari Semenanjung Korea.

Baju besi itu mungkin telah dibawa ke Jepang setelah berkuda diperkenalkan pada akhir abad kelima, tutur Ohki, seraya menambahkan bahwa baju besi itu jauh lebih canggih daripada tipe baju besi pada umumnya pada masa itu.

"Ini menunjukkan orang yang memakai baju besi tersebut adalah seseorang yang memiliki kedudukan tinggi, seperti pemimpin daerah," kata Ohki kepada AFP. Dia mengatakan, penelitian akan dilakukan untuk mengetahui apakah pria itu terkait dengan penghuni makam kuno yang menghiasi wilayah tersebut.

Para arkeolog juga akan memeriksa tulang-tulang yang ditemukan untuk menentukan apakah pria dan bayi yang mereka temukan memiliki keterkaitan.

"Jika mungkin, kami ingin mempelajari DNA mereka. Apakah mereka terkait? Mengapa dan bagaimana mereka meninggal di sana?" tutur Ohki.

AFP News